Sabtu, 18 Februari 2012

BAHASA PALEMBANG

Bahasa Palembang mempunyai dua tingkatan, yaitu baso Pelembang alus atau bebaso dan baso Pelembang sehari-hari. Baso Pelembang alus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalamacara adat. Bahasa ini berakar pada bahasa Jawa karena raja-raja Palembang berasal dari Kerajaan Majapahit , Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang Itulah sebabnya perbendaharaan kata Baso Pelembang Alus banyak persamaannya dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.
Sementara itu, baso sehari-hari dipergunakan oleh wong Palembang dan berakar padaBahasa Melayu. Dalam praktiknya sehari-hari, orang Palembang biasanya mencampurkan bahasa ini dan bahasa Indonesia (pemilihan kata berdasarkan kondisi dan koherensi) sehingga penggunaan bahasa Palembang menjadi suatu seni tersendiri.
Bahasa Palembang memiliki kemiripan dengan bahasa daerah di provinsi sekitarnya, seperti Jambi, Bengkulu, bahkan provinsi di Jawa (dengan intonasi berbeda). Di Jambi dan Bengkulu, akhiran 'a' pada kosakata bahasa Indonesia biasanya diubah menjadi 'o'.


Sabtu, 14 Januari 2012

Tarian Adat Palembang (Gending Sriwijaya dan Tanggai)


Gending Sriwijaya
Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke Palembang, seperti kepala negara, tamu negara, serta  menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta - duta besar  atau yang dianggap setara dengan itu.
Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.

Rumah Limas, Rumah Bari, rumah adat Palembang


Rumah Limas atau rumah bari merupakan Rumah panggung kayu. Bari dalam bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi arsitektur disebut rumah limas karena rumah yang terbuat dari kayu  tersebut memiliki  bentuk atap berupa limasan.  Rumah Limas atau rumah bari biasa juga disebut oleh masyarakat Palembang sebagai Rumah panggung.

Rumah limas diPalembang ada dua jenis, yaitu rumah limas yang memiliki lantai sejajar atau kerap disebut rumah ulu (rumah panggung) dan rumah limas yang dibangun dengan ketinggian lantai yang berbeda (berundak undak).

AMPERA, Jembatan kebanggaan wong Palembang..

Jembatan Ampera di waktu malam.
Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi. 

Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk nama Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.

Sabtu, 07 Januari 2012

Situs Ki Gede Ing Suro Palembang


Kompleks Makam Ki Gede Ing Suro Tuo ( poto dari detik )

Melihat lihat sejarah kota palembang juga tidak akan terlepas dari sebuah situs yaitu sebuah komplek pemakaman kuno, yang dibangun sekitar pertengahan abad ke 16 yang dikenal dengan sebutan situs Ki Gede Ing Suro. Ki Gede Ing Suro sendiri merupakan pendiri Kerajaan Islam Palembang yang kemudian menjadi Kesultanan Palembang Darussalam.

Ki Gede Ing Suro merupakan putra dari Ki Gede Ing Lautan salah satu dari 24 bangsawan yang menyingkir ke palembang setelah terjadi kekacauan di Kerajaan Islam terbesar di pulau jawa, Demak.

Minggu, 21 Juni 2009

SEJARAH KOTA PALEMBANG

Bangunan Tempo dulu (poto dari : palembang)

Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1.382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi air, bahkan terendam air. Air bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang tergenang air (data Statistik 1990). Hal ini memungkinkan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota sebagai Palembang. Dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan. Sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu). Adapun menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi air.

Jumat, 12 Juni 2009

Pelabuhan Boom Baru



Pelabuhan Boom Baru Palembang didirikan pada 1924 sebagai pelabuhan pengganti dengan penguasa pelabuhan yang disebut Haven Meester. Sebelumnya, pelabuhan yang berfungsi melayani pelayaran kapal-kapal besar berada di kawasan Sungai Rendang (sekarang area kawasan 16 Ilir). Berkembangnya jalur perdagangan di Palembang yang semakin pesat maka perdagangan arus keluar masuk kapal pun meningkat. Karena pelabuhan sudah dinilai tak memiliki kemampuan lagi dalam menampung arus kapal beserta bongkar muatnya, pemerintah membuat kebijakan memindahkan pelabuhan Palembang. Pemindahan pelabuhan ini sudah beberapa kali terjadi. Pertama pada 1821, setelah Belanda berhasil menguasai Palembang, pelabuhan dibangun depan Benteng Kuto Besak sekarang Perbekalan dan Angkutan Komando Daerah Militer (Bek Ang Kodam) II Sriwijaya atau lebih dikenal sebagai Boom Jati.